English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Pages

Sunday, February 3, 2013

Pertolongan Tuhan, Pasti ada


Diangkat dari sebuah kisah nyata, diceritakan seorang wanita memiliki 2 orang putri. Satu putri masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sedangkan kakaknya kini menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama. Biaya pendidikan yang tidak sedikit tentu mengharuskan ibu dua anak ini untuk bekerja lebih keras guna memenuhi kebutuhan itu semua. Semenjak perginya sang suami, Bu Inggit begitu ia disapa, sudah hampir 5 tahun ini bekerja sebagai tukang cuci. Penghasilan sebesar Rp. 25.000,- per hari tentu tidaklah cukup. Mungkin ya, untuk kebutuhan sehari-hari, tapi tidak untuk kebutuhan anak seperti halnya pendidikan. 
“Bu, ini surat pemberitahuan dari sekolah. Buku yang kemarin itu katanya sudah tidak berlaku. Semua murid diharuskan membeli buku yang baru. Katanya Tian sudah kelas 3, kalau ingin lulus, Tian harus mempelajari semua soal yang ada dalam buku itu.”
Bu Inggit mengelus dada mendengar permohonan lembut dari putri pertamanya. Ia tak bisa bilang tidak. Tian adalah putri yang pintar, dia baik dan penurut. Bu Inggit tak sampai hati bila harus berkata bahwa uangnya tidak ada.
“Ya nak, nanti setelah ibu terima uang dari hasil kerja kemarin, ibu pasti akan belikan.” Hal seperti ini sungguh bukanlah yang pertama kali. 3 Tahun lalu, Bu Inggit sempat pasrah bila anaknya terpaksa harus meninggalkan sekolah dan cukup sampai SD saja. Biaya masuk SMP bukan gratis. Walau harus membayar Rp. 500.000,- tetap saja harus berpikir dari mana uangnya saat ia tak punya. Dengan rasa malu, Bu Inggit pun terpaksa berhutang sana-sini guna mendaftarkan anaknya saat itu. Beruntung, kedua putri yang disayanginya adalah siswa yang pintar. Tak sia-sia bila Bu Inggit harus bekerja banting tulang demi keluarganya.
Seperti biasa, setelah ada panggilan mencuci, Bu Inggit pun pergi dengan harapan rezekinya kali ini bisa cukup untuk membelikan Tian buku pelajaran. Namun satu hal yang berbeda terjadi. Rumah yang ia datangi, rupanya sedang ada perhelatan besar.
“Bu Inggit, ya?” seru seseorang dari kejauhan dengan lambaian tangannya yang mengisyaratkan agar Bu Inggit segera mendekat. “Bu, saya yang panggil ibu kesini untuk mencuci baju. Tapi karena saya kerepotan dengan acara ini, Ibu bisa bantu saya saja memasak? Mencucinya lain kali juga tak apa.”
Ibu Inggit dengan senyuman ramahnya menjawab, “Ya bu, akan saya bantu.”
Tak berselang lama, “Wah wah wah .. Bu Inggit pintar memasak juga rupanya.” Puji Bu Rasti, pemilik rumah. “Ibu kenapa tidak bekerja saja di tempat kami ? Kami punya beberapa rumah makan, dan sekarang akan mendirikan cabang yang baru. Bu Inggit bisa bantu saya disana.”
Dengan senyuman beriring tawa, Bu Inggit tak tahu lagi bagaimana cara mengungkapkan rasa syukurnya. Ia berucap terima kasih tiada kira karena kesempatan seperti inilah yang telah ia nanti sejak lama. Perjuangan hidup 5 tahun ini, baginya terbayar sudah dengan kabar gembira yang tak sabar ia sampaikan kepada kedua putrinya.
“Nak, Ibu sudah tak lagi bekerja sebagai tukang cuci. Mulai besok, Ibu akan bekerja disebuah tempat makan. Ibu akan menghasilkan uang yang lebih bisa mencukupi hidup kalian. Ibu bisa membelikan seragam sekolah yang baru, buku-buku, juga menyekolahkan kalian tinggi-tinggi. Ibu ingin kalian mandiri dan mendapatkan apa yang kalian cita-citakan.” Sungguh bahagia, ibu Inggit bersama kedua putrinya tersenyum mensyukuri itu semua.
Hari berlalu tanpa kita sebagai manusia tahu, apa yang akan terjadi, bahkan untuk satu detik kemudian. Pertolongan Tuhan  terhadap semua hamba-hamba-Nya tidak pernah salah. Pertolongan-Nya bisa datang kapan saja, dan  begitupun saat Dia mengambilnya.
Ibu Inggit hanya tahu bagaimana cara melakukan yang terbaik, terutama bagi kedua putrinya. Berawal menjadi tukang masak, perlahan ia pun mencoba untuk membuat menu baru dalam setiap masakannya. Sang pemilik tentu tahu bahwa apa yang dilakukan Bu Inggit telah cukup mendatangkan banyak keuntungan. Itulah mengapa, mereka tak menutup mata saat mengucapkan rasa terimakasihnya dengan mengangkat Bu Inggit sebagai master chef terbaik.
Kita sebagai manusia janganlah pernah ragu  atau berpikir buruk atas apa yang telah Tuhan berikan. Beruntungnya kita yang masih bisa berjalan, disamping  mereka yang duduk di kursi roda. Dan beruntungnya kita yang duduk di kursi roda, disamping mereka yang tak bisa menggerakkan badannya. Senantiasa bersyukur dan percayalah, pertolongan Tuhan itu pasti ada.

1 comments: